Senin, 30 April 2012
Sabtu, 21 April 2012
PETERNAKAN
FUNGSI ZAT-ZAT MAKANAN PADA TERNAK
Air berfungsi untuk mengatur
suhu tubuh, membantu proses pencernaan, mengeluarkan bahan-bahan yang tidak
berguna lagi dari dalam tubuh(keringat,air seni, kotoran),melumasi persendian
dan membantu mata untuk melihat.
Protein bagi
sapi berfungsi untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak, membentuk sel-sel
tubuh baru dan sumber energi. Sapi membutuhkan pakan yang mengandung protein
bermutu tinggi, seperti hijauan (jerami).
Karbohidrat
berfungsi sebagai sumber energi dan pembentukan lemak tubuh. Karbohidrat
diserap oleh darah berupa glukosa dan langsung dioksidasikan untuk menghasilkan
energi atau dijadikan cadangan sebagai lemak. Sumber karbohidrat bagi sapi
dapat dipenuhi dari jerami dan dedak.
Lemak berfungsi
sebagai sumber energi dan pembawa vitamin yang larut dalam lemak seperti A, D,
E dan K. Lemak dapat diubah menjadi pati dan gula yang digunakan sebagai sumber
energi. Hijauan atau jerami yang dilengkapi dengan biji-bijian atau konsentrat
merupakan sumber energi dan lemak yang baik.
Mineral
diperlukan untuk pembentukan jaringan tulang dan urat dan mempermudah proses
pencernaan serta penyerapan zat-zat makanan. Untuk sapi yang sedang tumbuh atau
sapi dewasa yang perlu memperbarui sel-selnya sangat
membutuhkan tambahan mineral dalam pakannya, terutama natrium, klor, kalsium,
fosfor, sulfur, kalium, magnesium, tembaga dan seng.
Vitamin A-D-E sangat
dibutuhkan bagi pertumbuhan ternak
yang optimal, jika asupan dari vitamin
A,D,E bagi ternak tidak
maksimal maka akan menimbulkan banyak gangguan dan penyakit. Vitamin yang baik
adalah vitamin yang tersedia dalam pakan yang dikonsumsi oleh hewan ternak.
Pakan yang baik untuk ternak
sapi dan kambing adalah yang dapat memenuhi protein,
karbohidrat, lemak,vitamin, dan mineral. Protein berfungsi untuk mengganti
sel-sel yang telah rusak, membentuk sel-sel tubuh baru dan sumber energi.
Karbohidrat berfungsi untuk sebagai sumber energi dan pembentukan lemak tubuh.
Lemak berfungsi untuk pembawa Vitamin
A-D-E dan juga sebagai sumber energi. Pada sapi yang di gemukkan secara intensif (kereman) dn ful intensif
(dry lot Fattening) lapisan lemak dapat menyeliputi serabut otot sehingga
tekstur daging otot menjadi lembut (kualitas terbaik). Mineral di perlukan
untuk pembentukan jaringan tulang dan urat serta mempermudah proses pencernaan
dan penyerapan zat-zat makanan. Vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan
tubuh dan kondisi kesehatan.
Vitamin
A
Fungsi vitaminA pada ternak kambing dan sapi adalah untuk
mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan sistem imun, juga berperan
penting dalam pertumbuhan & perkembangan sel serta menjaga kesehatan kulit.
-Penyakit
yang ditimbulkan pd hewan ternak akibat kekurangan vitamin A :
Gangguan atau kurangnya fungsi pada mata ternak sapi dan kambing, infeksi saluran pernapasan pada ternak, menurunnya daya tahan tubuh ternak, kulit dan bulu ternak yang tidak sehat, dan lain-lain.
Gangguan atau kurangnya fungsi pada mata ternak sapi dan kambing, infeksi saluran pernapasan pada ternak, menurunnya daya tahan tubuh ternak, kulit dan bulu ternak yang tidak sehat, dan lain-lain.
Vitamin
D
Fungsi vitamin D pada ternak kambing dan sapi adalah untuk
memperkuat tulang karena vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh.
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin D : pertumbuhan gigi dan tulang yang
tidak maksimal pda ternak sehingga
gigi dan tulang akan lebih mudah rusak .
Vitamin E
Vitamin E
pada ternak sapi dan kambing
merupakan anti oksidan yang dapat melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga
penting untuk kesehatan sel darah merah.
Penyakit
yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E : Gangguan pada system reproduksi ternak sapi dan kambing betina,
gangguan pada saraf dan otot.
Jumat, 20 April 2012
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM
Disusun Sebagai Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Biologi Umum
Oleh
I Gede Eka Arimbawa
E 121 11 020
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2011
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum
Nama : I Gede Eka Arimbawa
No. Stambuk : E 121 11 020
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Desember 2011
Mengetahui,
Kordinator Praktikum Asisten Penanggung Jawab
Dewa Nyoman Oka Diputra Ramdan Anata
E 211 07 002 E 281 08 001
Menyetujui,
Dosen Penanggung Jawab Biologi Umum
Dr. Shahabuddin, M.si
Nip: 19660612 199803 1 006
HALAMAN DEDIKASI
Swadharmam api caweksa na wikampitum arhasi, dharmyad dhi yuddhac
chreyo’nyat ksatriyasya na widyate.
Artinya : “Alam semesta ini dibawah pengawasan prakrti-ku, menjadikan segala sesuatu yang bergerak dan yang tak bergerak, wahai putra kunti (Arjuna), dengan ini dunia berputar’’.
Bab IX, Sloka 11.
Aksaranm brahma paramam, svahavo dhyatmam ucyate, bhuta bhavodbhava,-karo Visargah karma-samjnitah.
Artinya: Yang kekal abadi, maha agung ,adalah Brahman ; per-semayaman –Nya dalam badan individu di namakan adhyatmam;karma adalah nama yang di berikan kepada persembahan yang mahluk hidup di dunia.
Bab VIII,Sloka 3
Niatam kuru karma tvam, karma jyayo hyakarmanah, sarira-yatrapi, ca te na , parasiddhnyed akarmanah.
Artinya: Bekerjalah seperti yang telah di tentukan, sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tak akan berhasil terpelihara tampa berkarya.
Bab III-, Sloka 8
Asvatthah sarvavrksanam, devarsinam ca naradah, gandarvanam citrarathah, siddanam kapilo munih.
Artinya: Diantara kayu-kayuan Aku adalah Asvattah; Diantara dewa-resi, Aku adalah Narada, Diantara para gandharva Aku adalah citratha; diantara para siddha Aku adala Kapila.
Bab.XI Sloka 10
Nasti buddhir ayuktasya na cayuktasya bhawana, na cabhawayatah santir asantasya kutah sukham.
Artinya : “Bagi mereka yang pikirannya tak terkendalikan, kecerdasannya juga lenyap; demikian juga bagi pikiran tak terkendalikan kekuatan konsentrasinya pun lenyap. Tanpa konsentrasi tak mungkin adanya kedamaian dan ketiadaan kedamaian mana mungkin ada kebahagiaan, bukan?
Bab XII, Sloka 13.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena limpahan dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan laporan lengkap praktikum biologi umum.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah biologi umum. Memuat hasil kegiatan Praktikum Laboratorium, mulai tahap awal hingga akhir, yaitu mengenai, Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop, Pengamatan Sel, Pengamatan Tumbuhan, Pengamatan Hewan, memahami konsep Hukum Mendel, proses terjadinya Transpirasi dan pengamatan peristiwa Fotosintesis.
Oleh karena itu kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Shahabuddin. Msi sebagai Dosen penanggung jawab praktikum biologi umum, kepada kakak asisten yang telah membantu kami dalam melaksanakan praktikum, dan kepada teman-teman angkatan 2011 yang telah membantu kami baik dalam mengerjakan tugas awal ataupun di dalam melakukan praktikum.
Dalam penyusunan laporan ini tentu banyak kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya laporan ini.
Palu 09 November2011
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan RahmatNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Lengkap Praktikum Biologi Umum ini tepat pada waktunya.
Selama penyusunan dan pembuatan laporan ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada kedua orang tua yang telah memberi dukungan sehingga laporan ini dapat terselesaikan dan tidak lupa pula penyusun mengucapakn banyak terimakasih para Dosen biologi umum, Bapak Ir. Shahabuddin M.Si selaku Dosen penanggung jawab Praktikum Biologi umum. Serta para kakak asisten yang telah banyak membantu dalam melaksanakan Praktikum biologi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari ke sempurnaan oleh karna itu, apabila ada penulisan dan tatabahasa yang kurang baik, mohon dimaafkan. Penyusun mengharapkan kritikkan dan saran demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penyusun minta maaf dan berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penyusun sendiri maupun orang lain.
Palu, Desember 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.........................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................iii
HALAMAN DEDIKASI....................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................v
UCAPAN TERIMA KASIH..............................................................vi
DAFTAR ISI......................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................viii
DAFTAR TABEL...............................................................................ix
DAFTAR GRAFIK.............................................................................x
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan dan Kegunaan....................................................................... 4
1.2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop ..................................4
1.2.2 Pengenalan Sel ..........................................................................4
1.2.3 Pengamatan Tumbuhan .............................................................4
1.2.4 Pengamatan Hewan ................................................................... 5
1.2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ...................................... 5
1.2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan ........................................ 6
1.2.7 Pengamatan Fotosintesis .............................................................7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop .........................................7
2.1.1 Sejarah Mikroskop .....................................................................7
2.1.2 Jenis-jenis Mikroskop ................................................................8
2.1.3 Bagian- bagian dan Fungsi Komponen Mikroskop ................... 9
2.1.4 Sifat Lensa pada Mikroskop .................................................... 10
2.2 Pengamatan Sel .............................................................................. 11
2.2.1 Pengertian Sel ...........................................................................11
2.2.2 Sel Hewan .................................................................................12
2.2.3 Sel Tumbuhan ..........................................................................12
2.2.4 Organe-organel Sel .................................................................. 14
2.3 Pengamatan Tumbuhan ................................................................ 15
2.3.1 Tumbuhan Monokotil ........................................................... ..15
2.3.2 Tumbuhan Dikotil ....................................................................15
2.3.3 Organ-organ Tumbuhan ...........................................................16
2.3.4 Reproduksi pada Tumbuhan .....................................................17
2.4 Pengamatan Hewan ...........................................................................18
2.4.1 Klasifikasi katak (Taksonomi Amphibi) .................................8
2.4.2 Hewan berdarah Dingin ..........................................................18
2.4.3 Hewan Berdarah panas ...........................................................19
2.4.4 Sistem Pencernaan Hewan ......................................................20
2.4.5 Sistem Reproduksi Hewan ..................................................... 20
2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ................................................21
2.5.1 Hukum mendel ........................................................................21
2.5.2 Sifat Domain dan Resesif ........................................................25
2.5.3 Sifat Intermediet .....................................................................26
2.6 Pengamatan Transpirasi ...................................................................27
2.6.1 Pengertian Transpirasi ............................................................27
2.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi laju Transpirasi .............. 27
2.7 Pengamatan Fotosintesis ...................................................................30
2.7.1 Pengertian Fotosintesis ...........................................................30
2.7.2 Percobaan Sachs ......................................................................31
2.7.3 Larutan Indicator .....................................................................31
III. METODE PAKTEK
3.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop ........................................33
3.1.1 Waktu dan Tempat ..................................................................33
3.1.2 Bahan dan Alat ........................................................................33
3.1.3 Cara Kerja ...............................................................................33
3.2 Pengamatan Sel ..................................................................................34
3.2.1 Waktu dan Tempat .................................................................34
3.2.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 34
3.2.3 Cara Kerja .............................................................................. 35
3.3 Pengamatan Tumbuhan ................................................................... 36
3.3.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 36
3.3.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 36
3.3.3 Cara Kerja .............................................................................. 37
3.4 Pengamatan Hewan ...........................................................................38
3.4.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 38
3.4.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 38
3.4.3 Cara Kerja .............................................................................. 39
3.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ............................................... 40
3.5.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 40
3.5.2 Bahan dan Alat .......................................................................40
3.5.3 Cara Kerja ...............................................................................40
3.6 Pengamatan Transpirasi ...................................................................41
3.6.1 Waktu dan Alat.......................................................................41
3.6.2 Bahan dan Alat .......................................................................41
3.6.3 Cara Kerja .............................................................................. 41
3.7 Pengamatan Fotosintesis ...................................................................42
3.7.1 Waktu dan Alat ...................................................................... 42
3.7.2 Bahan dan Alat ....................................................................... 42
3.7.3 Cara Kerja .............................................................................. 42
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop ...................................... 43
4.1.1 Hasil ...................................................................................... 43
4.1.2 Pembahasan............................................................................. 45
4.2 Pengamatan Sel ................................................................................ 46
4.2.1 Hasil ....................................................................................... 46
4.2.2 Pembahasan .............................................................................49
4.3 Pengamatan Tumbuhan ....................................................................51
4.3.1 Hasil ........................................................................................51
4.3.2 Pembahasan ............................................................................ 58
4.4 Pengamatan Hewan ...........................................................................62
4.4 1 Hasil ........................................................................................62
4.4.2 Pembahasan .............................................................................64
4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ............................................... 66
4.5.1 Hasil ....................................................................................... 66
4.5.2 Pembahasan ............................................................................66
4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan .............................................. 67
4.6.1 Hasil ....................................................................................... 67
4.6.2 Pembahasan ............................................................................ 69
4.7 Pengamatan Fotosintesis .................................................................. 70
4.7.1 Hasil ....................................................................................... 70
4.7.2 Pembahasan ........................................................................... 70
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 75
5.1.1 Pengenalanan Penggunaan Mikroskop ...................................75
5.1.2 Pengamatan sel........................................................................ 75
5.1.3 Pengamatan Tumbuhan ..........................................................76
5.1.4 Pengamatan Hewan .................................................................77
\5.1.5 Memahami Konsep Hukum Mendel ..................................... 78
5.1.6 Pengamatan Transpirasi ......................................................... 78
5.1.7 Pengamatan Fotosintesis ....................................................... 79
5.2 Saran ................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................80
LAMPIRAN ..................................................................................... 81
RIWAYAT HIDUP PENULIS ....................................................... 82
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Mikroskop dan Komponen-komponennya…………………………..............43
2. Bentuk Preparat “d” Sebelum Diamati……………………………………...43
3. Bentuk Preparat “d” Sesudah Diamati…………………………….………...43
4. Butir-butir Pati Pada Kentang…………………………………….…………43
5. Empelur batang ubi kayu (manihit esculenta) ................................................46
6. Empelur umbi lapais sebelum di warnai............................................................46
7. Sel umbi lapis bawang merah sesudah di warnai ............................................. 47
8. Struktur sel daun Hydrila Verticilata ............................................................... 47
9. Struktur sel daun Hydrila Verticilata sebelum diwarnai................................... 47
10. Struktur sel selaput rongga mulut .................................................................. 48
11. Sel Struktur Darah katak ............................................................................... 48
12. Sel Struktur Darah manusia ........................................................................... 48
13.Struktur Sel Protozoa .......................................................................................49
14. Akar Tumbuhan Monokotil .............................................................................51
15.Akar Tumbuhan Dikotil ...................................................................................52
16. Daun Tumbuhan Monokotil ............................................................................52
17. Daun Tumbuhan Dikotil ................................................................................ 53
18. Anatomi bunga lengkap ..................................................................................53
19. Anatomi bunga tak lengkap ........................................................................... 54
20. Struktur Anatomi akar Tumbuhan monokotil................................................. 54
21. Struktur Anatomi akar Tumbuhan Dikotil ..................................................... 55
22. Struktur Anatomi Batang Tumbuhan Monokotil ..........................................55
23. Struktur Anatomi Batang Tumbuhan Dikotil ................................................. 55
24. Struktur Anatomim daun Tumbuhan .............................................................56
25. Preparat Awetan Tumbuhan Monokotil ......................................................... 56
26. Preparat Awetan Tumbuhan Dikotil ..............................................................56
27. Kecambah Kacang Hijau ................................................................................57
28. Batang Dikotil ................................................................................................57
29. Batang Monokotil .......................................................................................... 57
30. Daun Monokotil ..............................................................................................58
31. Morfologi Katak (Rana cancrivora) ...............................................................62
32.Sistem Pencernaan Katak ................................................................................63
33. Sistem Reproduksi Katak ...............................................................................63
34.Hasil Percobaan Transpirasi Tumbuhan ......................................................... 67
35. Daun ubi setlah direndam di alkohol panas ....................................................70
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Perubahan Diameter Telur Sebelum dan Setelah di Rendam
Larutan Cuka……………………………………………….……………...… 49
2. Perubahan Diameter Telur Sebelum dan Setelah di Rendam
Larutan Sirup…………………………………………………….……………49
3. Perbandingan Genotif dan Fenotif Pada Percobaan Konsep
Hukum Mendel……………………………………………….……………….66
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 pengamatan proses transpirsi dengan jarak 5 cm ...................................68
Grafik 2 pengamatan proses transpirsi dengan jarak 8 cm ...................................68
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (Mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan pemeliharaannya.
Sel merupakan tingkat pertama atau terendah dari organisasi kehidupan. Makhluk hidup hanya dapat berdiri atas hanya satu sel dan sering disebut makhluk bersel satu (Organisme unisal), bagi makhluk demikian seluruh kegiatan hidupnya dilaksanakan oleh sel itu sendiri. Sedangkan makhluk hidup yang tersusun atas lebih satu sel atau banyak sel disebut organisme mengikuti sel dan bahkan banyak organisme yang tubuhnya tersusun atas berjuta- juta sel.
Tumbuhan merupakan salah satu bagian dari makhluk hidup yang manfaatnya sangat diperlukan bagi manusia maupun hewan untuk kelangsungan hidup di muka bumi ini. Tumbuhan terdiri akar untuk menyerap air, batang untuk menegakkan pohon, daun berwarna hijau untuk membuat zat-zat makanan dan bunga untuk membuat buah dan biji.
Tumbuhan dikotil dan monokotil adalah tumbuhan yang sama berada dalam satu sub kelas angiospermae. Walaupun berada dalam satu sub kelas tetapi mempunyai perbedaan akar (Radix), batang (caulis), dan daun (folium). Sub kelas angiospermae adalah dikotil dan monokotil yang diperoleh dari sejumlah kotiledon yang terdapat dalam biji dan kelopak.
Amphibi berasal dari bahasa yunani yaitu amphibious, yang berasal dari kat amphibia yang berarti rangkap dan bios yang berarti hidup. Jadi amphi adalah hewan hidup di dua tempat, mula-mula di air tawar kemudian hidup di darat.
Genetika merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang keturunan pewaris sifat pada makhluk hidup. Dalam genetika terdapat gen yang menyampaikan informasi genetika pada generasi berikutnya. Oleh karena itu, setiap keturunan akan mempunyai fenotip yang hampir sama hasil campuran induk-induknya. Sifat yang dapat diamati disebut Fenotif sedangkan sifat yang tidak dapat diamati dinamakan Genotif yang berupa susunan individu (Arliuana).
Hukum Mendel I banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikroba yang diatur oleh satu gen. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Pada pengamatnnya, Menedl menyilangkan tanaman. Persilangan ini dinamakan perisalangan monohybrid karena Mendel hanya menyilangkan satu macam individu. Tanaman yang dipilih adalah tanaman murni yaitu tanaman yang hanya kalau penyerbuk hanya sendiri.
Hukum Mendel II dalam percobaannya, Mendel melakukan persilangan dihibrid persilngan dengan dua macam sifat yaitu bunga (ungu-putih). Ketika ia memeriksa keturunannya, yang disebut Generasi Filial Pertama, ia menemukan bahwa keturunan ini selalu menyerupai salah satu induknya.
Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan ketikula ke udara bebas(evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti makin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Transpirasi dalam tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang di transpirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air di transpiraikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.
Fotosintesis merupakan rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organik. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di muka bumi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
1.2.1 Pengenalan dan Pengunaan Mikroskop
Tujuan pengenalan dan penggunaan mikroskop dari praktikum ini adalah untuk mengenali komponen-komponen mikroskop, memahami fungsinya, dan cara penangunaan mikroskop, dan serta mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan di amati di mikroskop sehingga pelaksanaan praktikum dapat terlaksana dengan baik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang cara penggunaan mikroskop, fungsi dari bagian-bagian mikroskop, mengetahui cara dalam penyiapan bahan yang akan diamati di mikroskop.
1.2.2 Pengenalan Sel
Tujuan umum dari praktikum mengenai sel ini adalah agar kita dapat mengetahui, mengenal dan mengidentifikasikan struktur sel dari mahluk hidup secara umum serta dapat membandingkan berbagai jenis mikrooerganisme sel hewan, sel tumbuhan dan mampu memahami sifat permebelitas dari sel. Sedangkan tujuan khusus dari praktikum biologi ini adalah dapat menggambarkan bentuk sel tumbuhan, hewan, protozoa dan mikroorganisme lainya. Mampu menjelaskan struktur sel tubuhan, hewan, protozoa, dan mikroorganisme.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita dapat membedakan struktur dari sel hewan dan struktur sel tumbuhan dan serta mengetahui sifa-sifat organel masing- masing.
1.2.3 Pengamatan Tumbuhan
Tujuan dari pratikum mengenai pengamatan tumbuhan adalah agar kita bisa memahami dan mengetahui struktur, morfologi, anatomi dan histology sistem organ pada tumbuhan dan dapat membandingkan struktur morfologi, anatomi, dan anatomi tumbuhan mulai dari akar, batang, dan daun. Mengetahui bagaimana sistem reproduksi pada tumbuhan, baik secara vegatatif maupun generatif. Serata dapat menggambarkan berbagai alat repruduksi pada tumbuhan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai struktur morfologi, anatomi tumbuhan sehinggaa kita dapat membedakan mana tumbuhan monokotil dengan tumbuhan dikotil dengan melihat dari perrbedaan akar, batang, dan daun. Serta dapat mengenal cara mengembangkan tumbuhan monokotil dan dikotil.
1.2.4 Pengamatan Hewan
Tujuan praktikum pengamatan Hewan adalah agar kita bisa lebih memahami dan mengetahui struktur dari morfologi, anatomi, dan histology sistem organ pada hewan. Mengetahui sistem pencernaan dan sistem reproduksi pada katak sawah (Rana cancrifora).
Kegunaan dari praktikum biologi ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai struktur morfologi dan anatomi hewan terutama katak sawah (Rana cancrifora) serta dapat membedakan katak sawah jantan dan katak sawah betina.
1.2.6 Memahami Konsep Hukum Mendel
Tujuan praktikum tentang Hukum mendel adalah agar mahasiswa dapat membandingkan angka-angka yang muncul pada perbandingan hukum mendel melalui hukum kebetulan.
Kegunaan praktikum tentang konsep hukum mendel adalah untuk memberikan pemahaman kepada maha siswa tentang pewarisan sifat yang di turunkan induknya melalui ilmu genetika.
1.2.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
Tujuan praktikum tentang transpirasi pada tumbuhan adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju traspirasi pada tumbuhan.
Kegunaan praktikum tentang transpirasi pada tumbuhan adalah dapat mengetahui pengertian dari transpirasi dan faktor-faktor yang mempengruhi dalam proses transpirasi pada tumbuhan.
1.2.7 Pengamatan Fotosintesis
Tujuan praktikum tentang pristiwa fotosintesis adalah untuk membuktikan terbentuknya alium pada proses fotointesis oleh tumbuhan hijau,dan serta mengetahui pengaruh warna cahaya terhadap proses fotosintesis.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang proses fotosintesis dan tahapan-tahapan dalam percobaan pada proses fotosintesis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
2.1.1 Sejarah Mikroskop
Pada tahun 1664 Robert Hooke, menggambarkan struktur reproduksi dari moulds, tetapi orang pertama yang dapat melihat mikroorganisme adalah seorang pembuat mikroskop amatir berkebangsaan Jerman yaitu Antoni Van Leeuwenhoek (1632-1723), menggunakan mikroskop dengan konstruksi yang sederhana. Dengan mikroskop tersebut dia dapat melihat organisme sekecil mikroorganisme.
Kata Mikroskop bersal dari Bahasa Yunani yaitu micron yang artinya kecil dan scropos yang artinya melihat atau tujuan. Jadi dapat dikatakan bahwa mikroskop adalah alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Alat utama dalam mikroskop yang digunakan untuk mengamati adalah lensa objektif dan lensa okuler. Dalam mikroskop baik lensa objektif maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa cembung. Secara garis besar lensa objektif menghasilkan suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik dan diperbesar terhadap posisi benda mula-mula (Anonim, 2009). Dua nilai penting sebuah mikroskop adalah daya pembesaran dan penguraiannya, atau resolusi.
Mikroskop yang menggunakan cahaya disebut mikroskop optik. Mikroskop optik dapat dibedakan menjadi mikroskop biologi atau monokuler dan mikroskop stereo atau binokuler. Mikroskop biologi digunakan untuk pengamatan benda tipis dan trans paran. Penyinaran diberikan dari bawah dengan sinar alam atau lampu. Mikroskop binokuler atau stereo digunakan untuk pengamatan yang tidak terlalu besar, transparan atau tidak. Penyinaran dapat diatur dari atas maupun dari bawah dengan sinar alam atau lampu.
Mikroskop yang biasa digunakan dalam laboratorium biologi adalah mikroskop monokuler. Kebanyakan objek yang akan diamati dengan menggunakan mikroskop monokuler ini harus memiliki ukuran yang kecil atau tipis sehingga dapat ditembus cahaya. Bentuk dan susunan objek tersebut dapat dibedakan karena beberapa bagian objek itu lebih banyak menyerap cahaya dari pada bagian-bagian yang lain. Mikroskop membuat benda-benda kecil kelihatan lebih besar dari pada wujud sebenarnya, hal ini disebut perbesaran. Mikroskop juga dapat membuat kita melihat pola-pola terperinci yang tidak tampak oleh mata telanjang, hal ini disebut penguraian (Goldsten, 2004).
2.1.2 Jenis-jenis Mikroskop
2.1.2.1 Mikroskop Cahaya
Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop jenis ini memiliki tiga lensa, yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa objektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop ada yang berlensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Lensa kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop lain. Dengan pengaturan yang tepat maka akan diperoleh daya pisah maksimal.
2.1.1.2 Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo merupakan jenis mikroskop yang hanya bisa digunakan untuk benda yang relatif besar dengan perbesaran 7 hingga 30 kali. Benda yang diamati dengan mikroskop ini dapat terlihat secara tiga dimensi.
Komponen pada mikroskop stereo hampir sama dengan mikroskop cahaya. Perbedaannya pada ruang ketajaman lensa mikroskop stereo jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mikroskop cahaya sehingga kita dapat melihat bentuk tiga dimensi benda yang diamati.
2.1.2.3. Mikroskop Elektron
Mikroskop elektron mempunyai perbesaran sampai 100 ribu kali. Elektron digunakan sebagai pengganti cahaya. Ada dua tipe pada mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektroscanning (SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM).
2.1.3 Bagian- bagian dan fungsi Komponen Mikroskop
Mikroskop terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tersendiri yaitu: Lensa Okuler berfungsi untuk memperbesar benda yang dibentuk oleh lensa objektif, tabung mikroskop berfungsi untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan diturunkan, tombol pengatur fokus kasar berfungsi berfungsi untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan cepat, tombol pengatur fokus halus berfugnsi untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat, sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan lambat, revolver berfungsi untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan, lensa objektif berfungsi untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan 40x, Lengan Mikroskop Untuk pegangan saat membawa mikroskop, Meja Preparat berfungsi untuk meletakkan objek (benda) yang akan diamati Penjepit , objek glass berfungsi untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak bergeser. kondensor merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk dalam mikroskop diafragma berupa lubang-lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang akan masuk mikroskop Reflektor/cermin berfungsi untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya ke dalam mikroskop. Ada 2 jenis cermin, yaitu datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah, misalkan sinar lampu, digunakan cermin cekung tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar matahari yang menembus ruangan, gunakan cermin datar, kaki mikroskop berfungsi untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri dengan mantap di atas meja.
2.14 Sifat Lensa Pada Mikroskop
Sifat lensa pada mikroskop yang menjadi proses kerja dari alat ini adalah berupa bentuk bayangannya disebabkan oleh sifat-sifat bayangan pada lensa cembung yaitu maya,dan terbalik.
Mikroskop cahaya menggunakan tiga jenis lensa, yaitu lensa objektif, kondensor dan okuler. Lensa objektif dan okuler terletak pada ke dua ujung tabung mikroskop sedangkan penggunaan lensa okuler terletak pada mikroskop bias berbentuk lensa tunggal atau ganda. Pada uujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bias di pasangi tiga lensa atau lebih.
2.2 Pengamatan Sel
2.2.1 Pengertian Sel
Sel merupakan kesatuan struktural dan fungsional makhluk hidup, yang mengandung pengertian sebagai penyusun makhluk hidup dan melaksanakan semua fungsi kehidupan (faal tubuh). Berdasar jumlah sel penyusunnya makhluk hidup dapat digolongkan menjadi makhluk hidup uniseluler dan multiseluler. Makhluk hidup multiseluler berasal dari satu sel (zigot) yang kemudian mengalami spesialisasi dan diferensiasi. Struktur sel terdiri dari nukleus (inti sel), sitoplasma beserta organelnya, membran sel dan dinding sel. Sel yang mempunyai fungsi khusus biasanya dilengkapi dengan organel khusus yang tidak ditemukan pada sel lain.
Jaringan dan organ-organ yang tersusun dari sel-sel serupa dengan batu bata sebagai suatu satuan strukturil/fisiologi yang terkecil, karena fungsi-fungsi dari organisme-organisme dari mahluk hidup merupakan akibat dari aktifitas-aktifitas celuller dari organisme-organisme tersebut. Didalam kehidupan banyak terdapat keanekarangaman Hewan baik mengenai fungsi maupun strukturnya, maka sel pun mempunyai keanekaragaman bentuk dan fungsi. Suatu sel tunggal dapat membentuk suatu unit kehidupan yang berdiri sendiri, seperti amoeba, euglena dan paramecium dalam bentuknya sedemikian rupa sehingga fungsi organisme dikerjakan oleh sel itu sendiri. Pada valvoks, sel-sel mempunyai koloni sedakan pada organisme yang lain tinggi tingkatnya sel-sel merupakan komponen membentuk jaringan. Sel-sel yang membentuk jaringan akan mengalami spesialisasi yaitu berubah bentuk dan fungsinya.
2.2.2. Sel Hewan
Sel Hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki dinding sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya.
Dalam satu sel Hewan terdapat dua sentriol. Kedua sentriol ini terdapat dalam satu tempat yang disebut sentrosom. Saat pembelahan sel, tiap sentriol memisahkan diri menuju kutub yang berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan yang akan menjerat kromosom.
2.2.3 Sel Tumbuhan
Sel Tumbuhan, bagian terluar dari sel tumbuhan adalah dinding sel. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan penunjang. Dinding yang terbentuk pada waktu sel membelah disebut dinding primer dan setelah mengalami penebalan, berubah menjadi dinding skunder. Dinding primer sel merupakan selaput tipis yang tersusun atas serat-serat selulosa. Serat ini amat kuat daya regangnya. Dinding sel yang kaku tersusun atas polisakarida: hemiselulosa dan pektin. Dinding sel skunder dimiliki oleh sel-sel dewasa. Dinding skunder memiliki kandungan selulosa lebih banyak berkisar 41- 45%, juga Hemiselulosa dan lignin. Diantara dinding dua sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, tersusun atas magnesium dan kalium pekat berupa gel. Diantara dua sel bertetangga (saling menempel) terdapat pori. Melalui pori ini dua sel dihubungkan oleh benang-benang plasma yang dikenal plasmodesmata. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom. Bersama dengan vakuola, dinding sel berperan dala turgiditas sel (kekakuan sel). Ia mengakibatkan bentuk sel tetap.
Sel tumbuhan memiliki vakuola yang lebih besar (dibanding sel hewan). Vakuola sel tumbuhan bersifat menetap. Sel-sel tumbuhan yang memiliki vakuola paling besar adalah sel-sel parenkim dan kolenkim. Selain itu sel tumbuhan memiliki organel yang tidak terdapat di dalam sel hewan, fungi, maupun prokariota seperti bakteri dan ganggang hijau-biru, yaitu plastida. Bentuk plastida bisa bulat, oval maupun cakram. Plastida dibedakan menjadi leukoplas, kromoplas dan kloroplas, dimana ketiganya merupakan perkembangan dari proplastida . (Yatim , 2007).
2.2.4 Organel-organel Sel
Beberapa Organel- organel sel di bagi atas beberapa bagian yaitu Nukleus (inti sel) berperan sebagai pengatur aktivitas sel. dalam nukleus terdapat kromosom sebagai pembawa sifat, selaput inti, nukleoplasma (cairan inti) dan nukleolus (anak inti) yang berperan dalam sintesa protein secara tidak langsung. Sitoplasma (cairan di luar intiter dapat organel-organel yang melaksanakan faal tubuh, antara lain: Mitokondria. tempat berlangsungnya proses respirasi, lisosom dibuat oleh badan golgi dan banyak dijumpai sel hewan. penghasil enzim pencernaan dan zat kebal, Ribosom tempat berlangsungnya sintesa protein. Berdasar letaknya ada yang bebas dan ada yang menempel pada retikulum endoplasma, retikulum endoplasma merupakan saluran yang halus yang beribosom berperan dalam transportasi hasil sintesa protein sedangkan yang tidak berribosom berperan dalam sintesa lemak, kolesterol dan hormon.,badan golgi merupakan organel yang berperan dalam eksresi, Plastida berupa butir-butir zat warna dan hanya di jumpai pada sel tumbuhan. Plastida yang utama adalah kloroplas yang berisi klorofil. klorofil berfungsi untuk menangkap energi matahari yang akan digunakan untuk fotosintesis,Vakuola berisi zat makanan dan zat buangan dan umumnya dijumpai pada sel tumbuhan. Semakin tua umur sel maka ukuran vakuola semakin besar. Ada dua jenis vakuola yaitu vakuola makanan dan vakuola kontraktil, Peroksisom berisi enzim katalase yang berfungsi mengubah peroksida menjadi air dan oksigen, Sentriol atau sentrosoma berperan dalam pembelahan sel dengan cara membentuk benang gelendong, Membran sel berfungsi untuk mengatur peredaran zat dari dalam dan keluar sel, Membran sel bersifat selektif terhadap zat yang akan melewatinya (semipermeabel). Sifat ini berhubungan dengan struktur penyusunnya yang terdiri dari lipid dan protein (lipoprotein), Dinding sel hanya ditemukan pada sel tumbuhan. Letaknya sebelah luar membran sel. Berfungsi untuk melindungi bagian dalam sel dan memberi bentuk pada sel. Dinding tersusun dari selulosa, pektin, dan lignin. Strukturnya berlapis-lapis tergantung umur sel.
2.2 Pengamatan Tumbuhan
2.3.1 Tumbuhan Monokotil
Tumbuhan monokotil (Tumbuhan berkeping biji tunggal ) adalah salah satu kelompok besar tumbuhan berbunga yang bijinya tidak membelah karena hanya memiliki satu daun lembaga. Kelompok ini diakui sebagai takson dalam berbagai sistem klasifikasi tumbuhan dan mendapat berbagai nama, seperti monocotyledoneae, liliopsida, dan sebagainya.contoh tumbuhan monokotil yaitu: jagung, padi, kelapa dan sebagainya. ( Anonim 02 Oktober 2011)
Pada saat berkecambah, kolektil tumbuh ke atas menembus permukaa tanah. Koleoptil merupakan lapisan yang menutupi dan melindungi tunas lembaga kemudian, kemudian tuna lembaga yang terdapat di dalam keloptil tumbuh ke atas.
2.3.2 Tumbuhan Dikotil
Tumbuha dikotil adalah segolongan tumbuhan berbunga yang ciri khas yang sama dengan memiliki sepasang daun lembaga (kotiledon: daun yang terbentuk pada embrio) berbentuk sejak dalam tahap biji sehingga biji sebagian besar anggotanya bersifat mudah terbelah dua dan sistem crouquist mengakui kelompok ini sebagai takson dan menamakannya kelas magnoliopsida.contoh tumbuhan dikotil yaitu: mangga, rambutan, nangka dan sebagainya.
Tumbuhan dikitil, perkecamahan terjadi di atas tanah (Epigeal). Pada saat perkecambahan, daun lembaga terangkat ke atas. Hal ini terjadi karena adanaya perpanjangan ruas batang dibawah daun lembaga. Daun lembaga dan perpanangan muncul ke permikaan tanah. Akan tetapi, ada pula tumbuhan dikotil yang perkecambahanya terjadi di dalam tanah.(Hipogeal). Pada perkecambahan hipogeal, daun lembaga tetap berada di dalam kulit, biji, dan tetap ada di dalam kulit dan biji dan tetap ada di dalam tanah.
2.3.3 Organ-organ Tumbuhan
Pada tumbuhan monokotil, organ terbagi atas bagian-bagian sebagai berikut: Daun tumbuhan berkeping satu umumnya berkeping pita dengan tulang daun sejajar dan langsung menempel pada batang, tumbuhan ini memiliki batang yang pada umumnya beruas dan tidak bercabang. Batang tidak dapat terus membesar karena tidak memiliki kambiu, akar tumbuh berkeping satu merupakan akar serabut,bunga tumbuh monokotil mempunyai bagian-bagian yang berjumlah tiga atau kelipatanaya.
Pada tumbuhan dikotil terdapat beberapa organ yaitu sebagai berikut: daun tumbuhan berkeping dua bentuknya, beraneka ragam, ada yang bertulang daun menyirip dan ada pula yang bertulang daun menjari. Setiap daun memiliki tangkai yang menempel pada cabang atau ranting, batang dikotil mempunyai kambium, sehingga batang dapat membesar. Kambium memperbesar batang dengan tumbuh ke dalam dengan membentuk kayu dan keluar membentuk kulit kayu, akar tumbuhan dikotil berupa akar tunggang yang bercabang-cabang, bunga pada tumbuhan dikotil mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari kelompok, mahkota, putik, dan benang sari. Kelopak, mahkota dan benang sari biasanya berjumlah 2,4,5 atau kelipatanya, sedangkan putik pada umumnya hanya satu buah.
2.3.4 Reproduksi pada Tumbuhan
Reproduksi pada tumbuhan di bagi menjadi dua yaitu reproduksi vegettif (Aseksual) dan reproduksi generatif (Seksual). Pada mahluk hidup terdapat beberpa organisme yang melakuka reproduksi secara generatif (alami), dan yang bereprouksi secara vegetatif atau bisa di kenal dengan perkembang biakan secara tidak alami.
Reproduksi generatif pada tumbuhan terjaidi pada tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Adapun proses penyerbukanya yang bisa disebut persarian atau polinasi, yaitu proses melektnya serbuk sari di kepala putik pada tumbuhan biji tertutup. Pembuahan atau fertilisasi adalah salah satu proes menyatunya atau meleburnya inti sperma dengan sel telur. Ada dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal dan ganda. Pemuahan tunggal adalah pembuahan yang menyangkut adanya pelebura antara sperma dan inti telur. Tumbuhan ini terjadi pada tumbuhan biji terbuka. Sedangkan pembuahan ganda adalah proses peleburan inti sperma. Reproduksi vegetatif pada tumbuhan, dalam beberapa hal, reproduksi ini sangat menguntungkan karena tidak memerukan individu yang berjenis lain, sehingga secara langsung dapat menghasilkan keturunan. (Anonim ,4 November 2011).
2.4 Pengamatan Hewan
2.4.1 Klasifikasi katak (Takstonomi amphibi )
Sistem klasifikasi pada katak hijau (Rana cancrivora) sebagai berikut : Kingdo: Animalia, Filu: Chordata, Kelas: Amphibia, Ordo: Anura, Familia: Ranidae ,Genus : Rana,Spesies: Rana cancrivora
2.4.2 Hewan berdarah Dingin
Hewan berdarah dingin (Poikiloterm) adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu lingkungan rendah.
Contoh hewan berdarah dingin yaitu:
· Ampibia ( Hewan melata) : kura - kura (Euora candrinensis), penyu (chelaina nydas), dan kadal (Heloderma SP).
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut.
2.4.3. Hewan berdarah Panas.
Hewan berdarah panas (homoiterm), adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan. Suhu tubuh hewan ini relatif konstan, tidak terpengaruh oleh suhu lingkungan disekitarnya. Hal ini karena darah bersih dan darah kotor pada hewan ini sudah tidak bercampur lagi karena katup pada jantungnya sudah sempurna.contoh hewan berdarah panas yaitu:
· Aves(burung): bangau (Reptolitos imnoricus), perkutut (Geopilia strianta),dan burung hantu (Suba Kukua}.
· Mamalia : Badak jawa (Rhino carrassodaicus), Srigala ( Canis lupus), dantupai (Tupaja javarita).
Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang di pengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air. Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi di bandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan.
2.4.4. Sistem Pencernaan Hewan.
Menurut hasil praktikum pengamatan hewan yang kami lakukan pencernaan amphibi mempunyai alat-alat seperti, mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan yang berakhir pada kloaka. Pencernaan pada katak yang meliputi, esofagus, kemudian lambung, pancreas, dan kemudian menuju usus halus, duodenum (usus 12 jari), dan selanjutnya usus besar, limpa kloaka dan yang terakhir pada kantong kemih .
Pada Hewan amphibi, kloaka mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai alat pengeluaran (sekresi), sebagai alat reproduksi (seksual), dan juga sebagai pengeluaran urine. Sehingga tidak dapat dikatakan sebagai anus seperti halnya pada manusia. (ruharjo 2006).
2.4.5. Sistem Reproduksi Hewan.
Sistem reproduksi katak jantan
Pada mamalia jantan, alat kelaminnya disebut penis pada reptil seperti cecak dan kadal menggunakan hemipenis (penis palsu), sedang pada bangsa unggas misalnya : bebek, untuk menyalurkan sperma menggunakan ujung kloaka .
Sistem reproduksi pada katak betina
Pada katak betina terdapat sepasang ovarium yang berfungsi sebagai tempat pembuahan dan penghasil ovari. Dalam melakukan reproduksi katak melakukan pembuahan diluar tubuh, sehingga bila ingin bertelur, katak tersebut menuju dalam air dan bertelur ( Anonim 8 November 2011).
2.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
2.5.1 Hukum Mendel
Hukum Mendel I
Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut endek), dan s (buntut panjang) pada generasi F2. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada keturunannya.Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R)., Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah), Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
Pada pengamatannya, Mendel menyilangkan tanaman kacang yang tinggi dengan yang pendek. Persilangan ini dinamakan persilangan monohibrid karena Mendel hanya memperhatikan satu macam sifat, dalam ini tinggi tanaman. tinggi Tanaman yang dipilih adalah tanaman galur murni, yaitu tanaman yang hanya kalau menyerbuk sendiri tidak akan menghasilkan tanaman yang berbeda dengannya. Dalam hal ini tanaman tinggi akan menghasilkan tanaman tinggi. Begitu juga tanaman pendek akan menghasilkan tanaman pendek.
P : ♀ MM >< ♂mm
Merah putih
Gamet : M m
Mm merah -putih
F1 >< F1 : ♀Mm >< ♂ Mm
Merah-putih merah-putih
Gamet : M M
m m
F2 :
| M | M |
M | MM Merah | Mm Merah-putih |
m | Mm Merah-putih | mm putih |
Perbandingan fenotip bulat : berkerut = 3 : 1
Perbandingan genotip MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
Hukum Mendel II
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling memengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g. tinggi tanaman dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.
Mendel melakukan persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola pewarisan dua macam sifat beda pada tanaman kedelai berbiji kuning-halus dengan kedelai berbiji hijau-keriput. Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Ketika tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh 16 kombinasi gen dengan empat macam individu generasi F2 masing-masing berbiji kuning-halus, kuning keriput, hijau halus, dan hijau keriput dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 (Hariono 2004)
P : kuning-halus >< hijau-keriput
LLMM llmm
gamet LM lm
F1 : kuning-halus
LlMm
Menyerbuk sendiri (LlMm X LlMm)
F2 :
Sehingga Mendel menyimpulakan sebagai hukum Mendel II. Bunyi hukum Mendel II “segregasi sutu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga didalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan secara bebas (Anonim 15 November 2011)
2.5.2 Sifat Dominan dan Resesif
Gen yang bersifat dominan dinyatakan dengan huruf kapital, misalnya gen yang menentukan sifat batang yang tinggi ditulis dengan huruf “T” (berasal dari kata tinggi). Gen yang bersifat resesif dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya gen yang menentukan sifat batang yang pendek ditulis dengan huruf “t”. Jadi, dapat diartikan bahwa batang tinggi dominan terhadap batang pendek, dan sebaliknya batang pendek resesif terhadap batang tinggi. Pada manusia dan hewan vertebrata, penyatuan sperma dan ovum yang masing-masing bersifat haploid (n) akan membentuk zigot. Zigot tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bersifat diploid (2n), sehingga individu yang memiliki sifat tersebut dinyatakan dengan dua huruf. Contoh: TT : Simbol untuk tumbuhan berbatang tinggi, gamet yang dibentuk T dan T. tt : Simbol untuk tumbuhan berbatang pendek, gamet yang dibentuk t dan t. MM : Simbol untuk tumbuhan berbunga merah, gamet yang dibentuk M dan M. mm : Simbol untuk tumbuhan berbunga putih, gamet yang dibentuk m dan m. Mm : Simbol untuk tumbuhan yang berbunga merah muda, gamet yang dibentuk M dan m.
Gen Dominan adalah Gen yang memiliki ekspresi lebih kuat jika berpasangan dengan gen lain; ditulis dengan huruf besar (R). Gen Resesif adalah Gen yang muncul lebih jarang dalam proses persilangan; ditulis dengan huruf kecil (r)
2.5.3 Sifat Intermediet
Sifat intermediet adalah sifat keturunan yang dimiliki oleh kedua induknya. Contonya adalah tanaman bunga pukul empat (mirabilis jalapa) galur murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih(mm). Dari persilangan tersebut diperoleh F1 yang semuanya berbunga merah muda. Jika F1 dilakukan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan 1 : 2 : 1.
Pada suatu persilangan, maka keturunan (Filial) yang dihasilkan akanmemiliki sifat yang muncul atau sifat yang tidak muncul (tersembunyi) dari salah satu sifat induknya. Sifat yang muncul pada keturunan dari salah satu induk dengan mengalahkan sifat pasangannya disebut sifat dominan. Sebaliknya sifat yang tidak muncul atau tersembunyi pada keturunanya karena dikalahkan oleh sifat pasangannya disebut sifat resesif. Misalnya bunga mawar merah disilangkan dengan bunga mawar putih, dan menghasilkan keturunan bunga mawar merah. Induk/ Parental: Bunga mawar merah > < Bunga mawar putih.
Keturunan/ Filial: Bunga mawar merah Warna merah bersifat dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif (alel warna merah dominan terhadap alel warna putih). Warna merah yang bersifat dominan dibandingkan dengan warna putih, maka menyebabkan semua bunga mawar pada keturunan pertama atau filial ke-1 (F1) akan berwarna merah. Apabila dalam suatu persilangan, sifat yang muncul merupakan campuran dari kedua induknya, maka sifat tersebut disebut sifat intermediet (dominan parsial).
2.6 Pengamatan Transpirasi
2.6.1 Pengertian Transpirasi
Transprasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanama yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-pri daun seperti tomata dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman. Transpirasi adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan ketikula ke udara bebas(evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti makin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Transpirasi dalm tanaman atau terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang di transpirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sekitar 80% air di transpiraikan berjalan melewati stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi.( Anonim 22 November 2011).
2.6.2 Fakto-fakor yang Mempengaruhi laju Tanspirasi
Faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah suhu, kelembaban udara, cahaya, angin dan kelembaban udara.
2.6.2.1 Kelembaban udara
Bila daun mempunyai kandungan air yang cukupdan stomata terbuka maka laju traspirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air didalam rongga ronga antar sel daun dengan konsentrasi molekul uap air udara disekitar daun. semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi.
2.6.2.2 Suhu
Suhu daun yang terlindung dari sinar matahari langsung kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang terkena sinar matahari mempunyai suhu 10 – 20 derajat farenheit daripada suhu udara. Kenaikan suhu cenderung untuk meningkatkan penguapan air pada tumbuhan dimana semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat.
2.6.2.3 Intensitas cahaya
Sehelai daun yang terkena cahaya matahari langsung akan mengabsorsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil saja dari energi itu yang digunakan untuk fotosntesis , selebihnya diubah menjadi energi panas. Sebagian dari energi panas itu dilepas pada lingkungan dan sebagian lagi meninkatkan suhu daun lebih tingi dari suhu udara di sekitar daunhal ini mengakibatkan laju traspirasi bertambah cepat. Cahaya juga mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yang berakibat turut andil mempercepat traspirasi.
2.6.2.3 Angin
Angin memiliki pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap transpirasi.angin yang bergerak melalui permukaan daun akan menyapu setiap lapisan uap air yang terkumpul dekat permukaan daun sebagai akibat transpirasi. Dengan demikian angin mempengaruhi kelembaban udara yang ada disekitar daun sehinga menurunkan uap yang kembali kedalam daun akan tetapi jika daun terkena cahya matahari langsung daun tersebut akan meningkat suhunya. Dalam keadaan tersebut, angin akan mendinginkan daun yang dipanasi dengan pengaliran molekul udara yang mengenainya.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung meningkatkan laju transpirasi baik terkena sinar matahari maupun didalam naungan melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, dibawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, mempengaruhi penurunan laju transpirasi, yang cenderung lebih penting terhadap pengaruhnya dalam penyingkiran uap.
2.6.2.4 Kandungan air tanah
Transpirasi dapat dipengaruhi oleh Kandungan air tanah dan laju absorsi air dari akar. Pada siang hari, air ditranspirasi dengan laju lebih cepat dari pada penyerapan air tanah. Kejadian tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pengaruh defisit air dalam daun akan menurunkan laju transpirasi.
Faktor dalam.
Luas daun, Luas permukaan daun mempengaruhi transpirasi karena sebagian besar penguapan air terjadi di daun semakin lebat atau semakin banyak daun yang dimiliki tumbuhan akan memperluas permuaan daun yang dimiliki tanaman, hal ini mengakibatkan penguapan lebih cepat terjadi, tebal tipisnya daun Transpirasi dapat dipengaruhi oleh ketebalan daun, semakin tebal daun semakin sulit penguapan terjadi didaun. Ini karena daun yang tebal akan menyulitkan kenaikan suhu daun yang mengakibatkan berkurangnya kecepatan transpirasi, adanya lapisan lilin, Pada tumbuhan yang tinggal di daerah panas umunya memiliki lapisan lilin yang melindungi tumbuhan. Lapisan ini seperti yang dimiliki kaktus berfungsi mencegah kehilangan air dari proses penguapan, Jumlah stomata Stomata mempengaruhi kehilangan air karna transpirasi. Semakin banyak stomata pada daun laju transpirasi cenderung tinggi. Tetapi pada batasan tertentu atau saat daun kehilangan air yang cukup besar stomata akan menutup dan mengurangi laju transpirasi. (Anonimous, 2011)
2.2 Pengamatan Fotosintesis
2.7.1 Pengertian Fotosintesis
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan, alga dan dan beberapa jenis bakteri dengan menggunaka zat hara, karbondioksida, dan air serta di butuhkan bantuan cahaya matahari.
Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2diikat menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
2.7.2 Percobaan Sachs
Gustav Julius von Sachs adalah seorang ahli botani Jerman bernama Julius von Sachs Pada tahun 1860, berhasil membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum (zat tepung). Adanya zat tepung ini dapat dibuktikan dengan uji yodium, amilum dan yodium memberikan warna hitam. Amilum hanya terdapat pada bagian – bagian daun yang hijau dan terkena sinar matahari sebaliknya bagian – bagian daun yang tertutup sepanjang hari tidak mengandung amilum. sehingga percobaan Sachs ini juga disebut uji yodium.
Dari hal tersebut Sachs, membuktikan bahwa fotosintesis; Memerlukan cahaya;Memerlukan klorofil (Tumbuhan hijau); Menghasilkan amilum yang diuji dengan larutan iodium.
2.7.3. Larutan indikator.
Larutan indicator biasa digunakan dalam percobaan Sachs. Larutan ini juga biasa digunakan dalam pengamatan proses terjadinya fotisintesis yang berguna untuk mengetahui perubahan warna dari daun setelah mendapatkan perlakuan. Indikator yang digunakan pada titrasi iodimetri dan iodometri adalah larutan kanji .Kanji atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Namun untuk indicator, lebih lazim digunakan larutan kanji, karena warna biru tua kompleks pati – iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Molekul iod diukat pada permukaan beta amilosa, suatu konstituen kanji.
III. METODE PRAKTEK
3.1. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop.
3.1.1. Waktu dan tempat.
Praktikum Biologi umum tentang pengenalan dan penggunaan mikroskop dilakukan pada hari Senin tanggal 17 Oktober 2011 mulai 14.00 sampai dengan selesai di Laboratorium Hultikultura.Universitas Tadulako, Palu.
3.1.2. Alat dan bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah potongan praparat hurup ”d” dan butir – butir pati kentang. Alat yang digunakan Mikroskop, gelas obyek, gelas penutup, pipet, silet,dan alat tulis menulis. Praktek ini juga menggunakan medium air dan yodium.
3.1.3. Cara kerja.
Mikroskop disediakan untuk digunakan, lalu praparat basah disediakan dengan meneteskan medium air dan usahakan tidak ada gelembung udara diatas objek. Kemudian praparat yang telah disediakan diamati di bawah mikroskop. Kemudian perbesaran objek diatur sehingga mendapatkan bayangan sebaik mungkin. Potonglah hurup ”d” yang telah dibuat sekecil mungkin dan diletakan diatas gelas objek, lalu ditutup dengan gelas penutup. Langkah kedua amati bentuk bayangan yang terlihat dimikroskop dengan betuk aslinya dengan cara di gambar.
Praparat digeser ke kiri dan ke kanan, atas dan bawah, apabila bayangan kurang jelas aturlah dengan memutar pengaatur halus. Kemudian amtilah pegeseran bayangan yang terjadi saat kita mengeser praparat kiri dan ke kanan, atas dan bawah, apakah pergerakanyasearah atau tidak, kemudian catat hasilnya.
Pengamatan tentang kentang dilakukan kentang dikerik hingga cairanya keluar. Cairan tersebut diletakan pada gelas objek, dan diusahakan tidak ada gelembung udara yang terbentuk diatas objek. Caranya yaitu gelas penutup dipegang pada posisi 45° terhadap gelas objek, sentuh tepi bawahnya pada permukaan teteskan air dan perlahan – lahan rebahkan sehingga gelas penutup terletak diatas gelas objek. Jika masih terdapat gelembung udara diulang – ulang sampai berhasil dan diakfrakma mikroskop diatur agar butir pati terlihat konstan terhadap air disekelilingnya .
3.2. Pengamatan sel.
3.2.1. Waktu dan tempat.
Praktikum biologi umum tentang pengamatan sel dilakukan pada hari senin pada tanggal 31 Oktober 2011 mulai pukul 14.00 samapai dengan selesai. Di laburaturium Benih., Universitas tadulako Palu.
3.2.2. Alat dan bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ephitelium rongga mulut, darah manusia,bawang merah(Allium cepa), Hydrilla verticullata, empelur batang umbi kayu( Manihot esculenta), alkohol 70%, kertas isap, pewarna (Eosin atau Metilenblue) rendaman air jerami.. Alat yang digunakan Mikroskop, gelas obyek, gelas penutup, pipet tetes, silet, pinset, tusuk gigi, buku gambar dan alat tulis menulis.
3.2.3. Cara kerja.
Untuk pengamatan empelur batang ubi kayu, kita harus menyediakan empelur ubi kayu yang telah diiris sekecil mungkin. Lalu diletakan pada gelas objek, kemudian beri 1 atau 2 tetes aquades dan tutup dengan gelas penunutup. Kemudian amati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x dan gambar struktur sel yang terlihat di lkm.
Selanjutnya pada pengamatan struktur sel lapis umbi bawang merah (Allium ascalonicum), pertama kita memotong suing dan mematahkan lapisan tersebut sehingga tampak adanya epidermis tipis kemudian diamati di bawah mikroskop meja mikroskop sedemikian sehingga preparat yang diamati terletak ditengah lubang meja mikroskop dan gambar hasil pengamatan di lkm.
Pada pengamatan struktur sel selaput rongga mulut (Ephytelium mucosa), langkah-langkah yang dilakukan adalah mengeruk epitel pada bagian dalam dinding pipi dengan menggunakan ujung tumpul sebuah tusuk gigi dan kemudian epitel yang diperoleh ditebarkan ke dalam setetes air pada kaca objek kemudian ditutup dengan cover glass dan kemudian diamati dengan mikoskop dengan perbesaran 10 X, lalu menggambarkan struktur sel epitel rongga rongga mulut serta bagian-bagiannya. Pada pengamatan sel protozoa, siapkan kaca objek dan kaca penutup, kemudian tetesan rendaman air jerami. Kemudian amati dibawah mikroskop dan gambar hasilnya.
Pada pengamatan sifat permeabilitas membran sel, hal yang perlu diperhatikan adalah mengukur dan mencatat garis tengah telur disekeliling bagian tengahnya, kemudian memasukkan telur ke dalam toples. Setelah itu, menuangkan cuka kedalam toples sampai seluruh telur terendam kemudian menutup toples, selanjutnya mengamati perubahan telur yang terjadi secara periodik selama 3 hari berturut-turut. Setelah itu cuka diganti dengan sirup kokopandan kemudian menutup toples, selanjutnya mengamati perubahan telur yang terjadi secara periodik selama 3 hari berturut-turut.
3.3. Pengamatan Tumbuhan.
3.3.1. Waktu dan tempat.
Praktikum biologi umum tentang Pengamatan tumbuhan dilakukan pada hari Senin tanggal 07 November 2011 mulai 14.00 sampai dengan selesai. Bertempat di Laboraturium Hama dan Penyakit.Universitas Tadulako, Palu.
3.3.2. Alat dan bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengamatan Tumbuhan adalah Jagung (Zea mays), Tumbuhan kakao(Theobroman cacao),Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus), Batang Ubi Kayu (Manihot esculenta), preparat Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis), Bunga Kamboja (Plumeria acuminata), dan Bunga Mawar (Rosa hybrida).
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pisau cutter atau silet, kaca pembesar, mikroskop, deck glass dan cover glass.
3.3.3. Cara kerja.
Pada pengamatan morfologi tanaman kakao , Jagung (Zea mays), dan Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus). Pertama-tama memotong atau memisahkan bagian-bagiannya yaitu akar (Radix), batang (Caulis), dan Daun (Folium). Setalah itu menggambar masing-masing bagian tersebut di lkm. Begitu pula pada pengamatan morfologi stek batang ubi kayu (Manihot esculenta), namun yang diperhatikan hanya batang (folium) saja.
Pengamatan reproduksi tumbuhan adalah ambil bunga kamboja (Plumeria Acuminata), bunga kembang sepatu (Hibiscus Rosa cinensis) dan bunga mawar (Rossa Hibrida Hort). Perhatikan bagaimana kedua macam bagian tersebut melekat satu sama lain atau pada dasar bunganya, juga perhatikan bagaimana benang sari melekat pada dasar bunga atau pada petalnya, ambil putiknya lihat bakal buahnya dan bagian yang membengkak pada dasar pestil, belahlah bakal buahnya secara membujur dan perhatikan bagian-bagian yang ada didalamnya. Buatlah sketsa yang diamati serta sebutkan nama bagian-bagianya dan gambar.
Pada pengamatan ini kita menyiapkan kaca objek dan paca penutup yang telah dibersihkan. Buatlah irisan melintang akar, batang dan daun dari tanaman manokotil dan dikotil. Dengan menggunakan kuas kecil ambil irisan tersebut, kemudian letakkan diatas kaca objek secara terpisah dan tetesi air dan pewarna, tutup dengan kaca penutup secara perlahan-lahan. Amati dibawah mikroskop, gambar dan berikan keterangan secara lengkap. Pada pengamatan beberapa preparat awetan dari tumbuhan adalah ada beberapa preparat awetan, kemudian perhatikan dibawah mikroskop dengan hati-hati mulai dari perbesaran lemah sampai perbesaran kuat. Setelah itu, gambarlah dari apa yang diamati tadi.
3.4. Pengamatan Hewan.
3.4.1. Waktu dan tempat.
Prakikum Biologi umum tentang Pengamatan Hewan dilakukan pada hari Senin tanggal 13 November mulai 14.00 sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Reproduksi Ternak. Universitas Tadulako,Palu.
3.4.2. Alat dan bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Pengamatan Hewan yaitu Katak Hijau (Rana cancrivora) , katak batu (limnontec macrodon) dan alkohol 70% (bahan pembius).
Alat yang digunakan yaitu papan bedah, jarum pentul, kater (Silet), pinset, stoples dan tutupnya (wadah untuk katak).
3.3.3. Cara kerja.
Pada pengamatan morfologi pertama-tama mengambil seekor katak hijau (Rana cancrivora), lalu memasukkannya ke dalam stoples yang sudah berisi alkohol. Setelah itu membiarkan beberapa saat hingga katak menjadi pingsan, kemudian mengambil katak tersebut dan meletakkannya di atas papan bedah dalam keadaan tertelungkup. Kemudian mengamati serta menggambar bagian-bagian dari struktur morfologi katak dan memberikan keterangan baik ekstremitas anterior maupun ekstremitas posteriornya.
Setelah mengamati bagian morfologinya lalu membalikkan tubuh katak sehingga kondisinya dalam posisi terlentang, kemudian melakukan pembedahan dengan menggunakan pisau silet secara hati-hati. Pembedahan yang dilakukan yaitu mulai dari bawah tulang dada hingga ujung bagian kloaka, kemudian melakukan pembedahan secara menyamping di bagian sebelah kanan dan kiri tubuh katak sehingga irisan yang dibuat membentuk seperti jendela. Lalu memulai pengamatan dan menggambarkan bagian-bagian dari sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) dengan dilengkapi keterangannya.
Setelah mengamati bagian-bagian dari sistem pencernaan katak hijau (Rana cacrivora), selanjutnya melakukan pengamatan terhadap bagian struktur reproduksinya, baik sistem reproduksi katak jantan maupun betina dan kemudian menggambarkannya dengan memberikan keterangan gambar masing-masing
3.5. Memahami Kosep Hukum Mendel
3.5.1. Waktu dan tempat.
Praktikum biologi umum tentang Memahami kosep hukum mendel dilakukan pada hari jumat tanggal 21 November 2011 mulai 14.00 sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Agronomi. Univesitas Tudulako,Palu.
3.5.2. Alat dan bahan.
Bahan yang di gunakan dalam praktikum Memahami Konsep Hukum Mendel yaitu kancing model gen warna biru dan putih bening Alat yang digunakan yaitu dua buah kotak.
3.5.3. Cara kerja.
Pada kegiatan praktikum tentang Konsep Hukum Mendel, langkah pertama yang dilakukan yaitu mengambil dua buah kotak dan menempatkan masing-masing 50 butir model gen biru dan 50 butir model gen putih bening pada kotak yang telah diberi tanda masing-masing A dan B. Kemudian mengaduk kotak-kotak itu agar isinya bercampur dan mengambil setiap butir gen dari kotak A dan kotak B dengan menutup mata, kemudian menulis hasilnya kedalam tabel.
3.6. Pengamatan Traspirasi.
3.6.1. Waktu dan tempat.
Praktikum biologi umum tentang pengamatan proses transpirasi dilakukan pada hari Senin tanggal 28 November 2011 mulai 14.00. Sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Hultikultura.Universitas Tadulako,palu
3.6.2. Alat dan bahan.
Bahan yang di gunakan dalam praktikum Memahami Pengamatan traspirasi yaitu minyak kelapa, 3 jenis tanaman yang berbeda morfologi, air. Alat yang digunakan yaitu rak , tabung reaksi,kertas grafik,gelas ukur, pipet tetes.
3.6.3. Cara kerja.
Isilah tiga buah tabung reaksi dengan air dengan yang jumlah sama banyak dan letakan kerak tabung reaksi. Kemudian potonglah 3 jenis tumbuhan yang berbeda morfologi dan letakan kedalam tabung reaksi. Berikan minyak pada permukaan air agar air hanya mengauap melalui daun tanaman dan tanandai bagian atas tabung reaksi. Setelah itu letakan rangkayan itu ditempat yang terkena sinar matahari langsung dan amati jumlah air yang berkurang setiap 10 menit.
4.7. Pengamatan Fotosintesis
3.7.1. Waktu dan tempat.
Praktikum biologi umum tentang pengamatan fotosintesis dilakukan pada hari Senin 28 November 2011 mulai 14.00. sampai dengan selesai Bertempat di Laboratorium Hultikultura. Universitas Tadulako, Palu.
3.7.2. Alat dan bahan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum tentang Pengamatan Peristiwa Fotosintesis yaitu aqua, daun ubi kayu, larutan iodium, kertas timah, dan alkohol 96 %.
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu cawan petri, pemanakompor , pinset, dan erlenmeyer 100 ml 2 buah.
3.7.3. Cara kerja.
Pada Pengamatan Peristiwa Fotosintesis, langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih daun yang bagus, kemudian membungkus salah satu daun ubi kayu dengan kertas timah pada sore hari , dan satu daun lagi tidak dibungkus. Keesokan harinya daun tersebut dipetik dan kemudian dimasukan masing-masing kedalam alkohol yang telah dipanaskan sampai warna daun agak pucat. Setelah itu memindahkan daun kedalam cawan petri dengan menggunakan pinset, memberi beberapa tetes larutan iodium pada masing-masing daun hingga merata. Kemudian mengamati perubahan yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop
4.1.1 Hasil
Dari hasil praktikum tentang pengenalan mikroskop, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut: :
Keterangan:
1. Lensa Okuler
2. Tabung peluncur
3. Gagang mikroskop
4. Meja mikroskop
5. Pengatur kasar
6. Pengatur halus
7. Revolver
8. Lensa obyektif
9. penjepit obyek
10. Kondensor
11. Cermin
12. Kaki mikroskop
Gambar 1. Mikroskop dan komponen- komponenya.
Gambar 2. Preparat huruf “d” sesudah diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x.
Gambar 3. Preparat huruf “d” setelah pengamatan di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10 x.
Gambar 4 Preparat butir pati kentang (Solanum tuberosum) setelah pengamatan dibawah mikroskop
4.1.2 Pembahasan
Menurut praktikum yang kami amati dalam pengenalan mikroskop dapat di artikan sebagai suatu alat yang di gunakan untuk mengamati benda-benda kecil yang tidak dapat di lihat oleh mata telanjang.
Menurut Sunarso (1998), mikroskop memiliki komponen-komponen yang mempunyai fungsi masing-masing. Cermin berfungsi untuk menerima cahaya atau lampu dan mementulkannya kedalam kondensor. Kondensor berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang terpantul atau terbias dari cermin. Diafragma berfungsi mengatur pencahayaan yang masuk. Lensa obyektif berfungsi untuk melihat obyek pengamatan, letaknya didekat kaca obyek. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan lensa objektif. Kaki dan tangkai berfungsi sebagai penyangga bagian optik atau tempat berdirinya mikroskop. Meja benda berfungsi sebagai tempat untuk sediaan yang akan diamati. Pembawa objek (revolver) terletak pada ujung teropong berfungsi untuk memutar lensa objektif dan tempat lensa objektif. Penggerak kasar (makrometer) berfungsi untuk menggerakan teropong dan mengatur fokus. Penggerak halus (mikrometer) berfungsi untuk mempertajam fokus.
Dari hasil Pengenalan Penggunaan Mikroskop, pengamatan huruf ”d” dengan ukuran yang kecil didapatkan bayangan benda berupa huruf ”p” dan pengamatan butir pati kentang didapatkan bayangan gelembumg-gelembung butir pati dengan jelas yang mana pembesaran terjadi pada lensa obyektif adalah pembesaran yang teerjadi pada lensa okuler yaitu pembesaran sudut.
4.2 Pengamatan Sel
4.2.1 Hasil
Dari hasil praktikum tentang pengamatan sel, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 5 Empelur batang ubi kayu (Manihot Esculenta) dengan pembesaran 10 x
Gambar 6 Struktur sel umbi lapis bawang merah (Allium ceppa) dengan pembesaran 10X sebelum di warrnai
Gambar 7 Preparat sel umbi lapis bawang umbi lapis bawang merah (Allium ceppa) sesudah di warnai
1. Ruang Antar Se 2. Dinding Sel
3. Nukleus (Inti Sel
4. Sitoplasma
Gambar 8 Struktur sel daun Hidrila verticilata sebelum diwarnai
Keterangan:
. 1. Ruang Antar Se 2. Dinding Sel
3. Nukleus (Inti Sel
4. Sitoplasma
Gambar 9 Struktur sel daun Hidrila verticilata sesudah diwarnai
Keterangan:
1. Membran Sel 2. Inti Sel
Gambar 10 Struktur sel selaput rongga mulut
Gambar 11 Struktur sel darah katak
mmmmmjjjjnn
Gambar 12 Struktur Gambar 12 sel darah manusia
Gambar 13 Struktur sel protozoa
| | Lama perendaman ( jam ) | ||
| 0 | 24 | 48 | 72 |
Diameter telur | 14,8 cm | 15,1 cm | 16 cm | 16,7 cm |
| | | | |
| | Lama perendaman ( jam ) | ||
| 0 | 24 | 48 | 72 |
Diameter telur | 14,8 cm | 13,3 cm | 13,3 cm | 11,6 cm |
| | | | |
Tabel 1 hasil pengamatan sifat permebilitas membran sel dengan larutan cuka Tabel 2 hasil pengamatan sifat permebilitas membran sel dengan larutan sirup
4.2.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan pada Empelur batang ubi kayu (Manihot esculenta), terdapat partikel- patrikel kecil , sel bawang merah (Allium ascalonium), dan sel daun hidrila (Hydrila verticullata) sebagai gambaran bahwa bentuk sel tumbuhan, setelah diamati pada mikroskop terdapat bintik hitam yang disebut nukleus atau inti sel dan bentuknya yang beraturan. Pada sel tumbuhan terdapat bagian dan organel sel yaitu dinding sel, membran plasma, nukleus, ribosom, badan golgi, peroksosom, pastida, dan fakuola .
Pengamatan pada Hidrilla verticullata yang dapat dilihat pada pengamatan ini yaitu dinding sel yang berfungsi untuk melindungi sel-sel yang ada di bagian dalam sel, inti sel, kloroplas, sitoplasma, tulang daun, dan masih ada organel sel yang tidak nampak seperti mitokondria, retikulum endoplasma, badan golgi dan membran lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutrian (1992), ia menyatakan bahwa sel tumbuhan memiliki dinding sel, protoplasma, dan vakuola yang mengandung pigmen pembentuk zat warna dimana protoplasma merupakan organel yang utama. Pada percobaan ini preparat ditetesi air yang berfungsi untuk memperjelas gambar tersebut.
Pengamatan sel Hewan dalam hal ini sel tentang epitel selaput rongga mulut (Epitelium soumosa) dimana terdapat beberapa bagian sel diantaranya inti sel, dinding sel, yang berfungsi tidak lain untuk melindungi sel-sel yang ada di bagian dalam. Pada sel hewan tidak me.miliki membran yang tidak kaku, tidak memiliki plastida dan vakuola yang relatif kecil.
Pada pengamatan sel protozoa pada air rendaman jerami tidak dapat terlihat, karena protozoa di air rendaman jerami tidak maksimal dan sangat sulit mendapatkan sel protozoa yang baik.
Dari hasil yang diperoleh dari praktikum pengamatan sifat permeabilitas membran sel dapat disimpulkan bahwa pada saat telur direndam dengan larutan cuka maka perubahan yang terjadi adalah ukuran diameter telur bertambah karena menyerap zat asam.
4.3 Pengamatan Tumbuhan
4.3.1 Hasil
Keterangan:
1. Pangkal akar (Collum radicalis)
2. Bulu akar (Pilus radicalis)
3. Tudung akar (Calyptra)
Gambar 14 Akar Tumbuhan Monokotil jagung (Zea mays).
Gambar. 15 Akar Tumbuhan Dikotil kakao (Theobroman cacao)
Keterangan:
1. Ujung daun (Apex folii)
2.Bangun daun (Circum scription)
3. Tulang daun (Nevudo)
4. Pangkal daun (Basis folli)
5. Tepi daun (Margin folli)
Gambar. 16 Daun Tumbuhan Monokotil jagung (Zea mays).
Keterangan:
1. Ujung daun (Apex folii)
2.Bangun daun (Circum scription)
3. Tulang daun (Nevudo)
4. Pangkal daun (Basis folli)
5. Tepi daun (Margin folli)
Gamabar 17 Daun Tumbuhan Dikotil
Keterangan:
1.Putik (Stikma)
2.Benang sari (Stamen)
3.Mahkota (Corcola)
4.Bakal buah (Ovulum)
5.Kelopak (Calix)
6.Tangkai bunga(Pendicellus)
Gambar 18 Bunga Lengkap ( kembang sepatu)
Keterangan:
1. Putik (Stikma)
2. Benang sari (Stamen)
3. Mahkota (Corcola)
4. Bakal buah (Ovulum)
5. Kelopak (Calix)
Tangkai bunga (Pendicellus)
Gambar 19 Bunga tidak lengkap ( Bunga Kamboja)
Keterangan:
1. Xilem
2. Floem
3. Epidermis
4. Kortex
Gambar 20 Struktur anatomi akar tumbuhan Monokotil
Keterangan:
Gambar 21 Struktur anatomi akar Tumbuhan Dikotil
Keterangan:
1. Xilem
2. Floem
3. Epidermi
Gambar 22 Strktur Anatomi batang Tumbuhan Monokotil
Gambar 23 Struktur anatomi batang tumbuhan Dakotil
Gambar 24 Struktur Anatomi Daun Tumbuhan
Gambar 25 Preparat awetan monokotil jagung (Zea mays).
Ganbar 26 Preparat awetan dikotil (kelapa Sawit)
Gambar 27 Kecambah Kacang Hijau (Phaseolus radiatus).
Gambar 28 Batang Dikotil
Gambar 29 Batang Monokotil
Gambar 30 Daun monokotil
4.3.2 Pembahasan
Pada Sistem akar tumbuhan monokotil yaitu berakar tunggal dan sistem akar serabut Sistem akar serabut ini disusun oleh sejumlah akar yang sama besar yang ke luar dari batang, akar tunggang dan serabut mempunyai akar yang bercabang-cabang dan cabangnya bercabang lagi untuk memperluas bidang penyerapan dan memberi kekuatan besar, pada perakaran yang terjadi dari tanaman biji. Sistem akar serabut berbetnuk akar serabut kecil.
Pada morfologi batang, batang tumbuhan monokotil dan dikotil, yaitu batang tumbuhan monokotil bercang-cabang, dan pada tumbuhan dikotil tidak bercabang. Pembuluh angkut pada tumbuhan monokotil tersebar, dan pada tumbuhan dikotil teratur dalam susunan lingkaran atau berseling radial. Pada tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium vaskular, sehingga tidak dapat tumbuh membesar. Pada tumbuhan dikotil mempunyai vaskular, sehingga dapat tumbuh membesar. Pada tumbuhan monokotil mempunyai meristem interkalar. Dan pada tumbuhan dikotil tidak mempunyai meristem interkalar.
Pada morfologi bunga yaitu pada bunga kamboja (Plumeria acuminata), dan bunga mawar (Rosa hybrida) merupakan bunga tunggal karena pada satu tangkai hanya terdapat satu bunga, sedangkan pada bunga kembang sepatu (Sibiscus schizopetalus) merupakan bunga majemuk karena pada satu tangkai terdapat lebih dari satu bunga.
Pada morfologi ubi kayu (Manihot esculenta) stek yaitu memperbanyak tanaman dengan menggunakan potongan-potongan bagian tubuh tanaman, baik akar, batang, maupun daun terutama pada daerah yang berubuku-buku. Merunduk (Layering) membengkokkan ranting hingga mencapai tanah, kemudian bagian yang menyentuh tanah ditimbun dengan tanah. Pada bagian yang tertimbun tanah akan tumbuh akar-akar baru. Setelah akar-akar tersebut cukup kuat, cabang atau ranting yang berhubungan dengan induk dipotong kemudian mucullah individu baru. Kultur jaringan dapat dilakukan pada beberapa tumbuhan dan dapat diperoleh banyak individu baru dalam waktu relatif singkat. Kultur jaringan dilakukan dengan mengambil jaringan tertentu pada tumbuhan, misalnya jaringan tunas dan daun. Jaringan ini selanjutnya dikembangkan dalam media khusus. Di dalam media, jaringan akan berkembang dengan membentuk akar, batang, dan daun. Individu baru hasil dari kultur jaringan dapat ditanam setelah agak besar. Pada morfologi yaitu kecambah kacanga hijau (Phaseolus radiatus) termasuk tumbuhan yang mempunyai epigel karena kotiledonnya terangkat ke atas dan terdapat daun (Valium), akar (Radix), dan bulu halus ( Aryuliana).
Pada anatomi tumbuhan akar terdapat persikel pada tumbuhan monokotil terdiri dari beberapa lapis sel, dan pada tumbuhan dikotil persikelnya terdiri dari satu lapis sel berdinding tebal. Letak berkas pengangkut pada tumbuhan monokotil antara xilem dan floem pada akar tua tetap menyilang, dan pada tumbuhan dikotil letak berkas pengangkut pada akar sekunder bersifat kolateral, xilem di dalam dan floem di luar. Tumbuhan monokotil mempunyai empulur yang luas pada pusat akar, dan pada tumbuhan dikotil mempunyai empulur sempit atau tidak mempunyai empulur pada pusat akar. Pada tumbuhan monokotil persikel han membentuk cabang akar, dan pada tumbuhan dikotil persikel membentuk cabang akar dan meristem sekunder seperti kambium dan kambium gabus. Pada tumbuhan monokotil tidak mempunyai kambium, dan pada tumbuhan dikotil kamium tampak sebagai meristem sekunder.
Pada tumbuhan anatomi batang terdapat tumbuhan monokotil tidak mempunyai jari-jari empulur, dan pada tumbuhan dikotil jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut. Pada tumbuhan monokotil tidak dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur, dan pada tumbuhan dikotil dapat dibedakan antara daerah korteks dan empulur. Perbedaan antara daun tumbuhan monokotil dan dikotil yaitu struktur morfologi tumbuhan monokotil pertulangan daun sejajar atau melengkung, dan pada tumbuhan dikotil pertulangan daun menjari atau menyirip. Struktur anatomi tumbuhan monokotil tidak memiliki jaringan tiang, dan pada tumbuhan dikotil memiliki jaringan tiang.
Pada anatomi tumbuhan bunga yaitu bunga kamboja (Plumeria acuminata) termasuk bunga yang lengkap karena mempunyai bagian-bagian yang meliputi benang sari, putik, mahkota dan kelopak. Pada bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensia) termasuk bungan yang lengkap karena mempunyai bagian-bagian meliputi benang sari, putik, mahkota dan kelopak. Pada bunga mawar (Rosa hybrida) termasuk bunga yang lengkap karena mempunyai bagian-bagian yang meliputi benang sari, putik, mahkota dan kelopak. Perbedaan epigel dan hipogel yaitu epigel merupakan perkecambahan dengan katiledone terangkat ke atas permukaan tanah. Sedangkan hipogel adalah perkecambahan dengan katiledonenya tetap di dalam tanah. Pada tumbuhan kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) termasuk epigel karena katiledonenya terangkat ke atas permukaan tanah atau berada di atas tanah. (Anonim 4 November 2011)
4.4 Pengamatan Hewan
4.1.1 Hasil
Objek Pengamatan Hewan
1. Mata (Bulbulis oculi)
2. Hidung (Naris eksternal)
3. Kepala (Caput)
4. Lengan atas (Brachium)
5.Lengan bawah(Antebrachium)
6. Badan (Lignin alba)
7. Paha (Femur)
8. Betis (Crus)
9. Telapak tangan (Manus)
10. Jari tangan (Digiti)
11.Telapak kaki (Peat)
12. Mulut (Rima oria)
13. Punggung (Dorsum)
Gambar 30 Morfologi katak sawah (Rana cancrivora)
Keterangan:
1. Esofagus
2. Lambung
3. Pilorus
4. Pankreas
5. Duodenum
6.Usus halus
7.Usus besar
8.Usus 12 jar
9. Rektum
10. Kloaka
Gambar 31 Sistem pencernaan katak ( Rana cancrivora)
Gambar 32 Sistem Reproduksi katak ( Rana cancrivora)
4.4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum pengamatan hewan dapat di ketahui Klasifikasi katak sawah (Rana cancrivora) yaitu: Kingdom: Animalis Sub Kingdom: Motazoa, Philum: Cordata, Class : Amphibi, Sub Class: Tetrapodo, Ordo: Anura, Famili: Ranidae, Genus: Rana, Spesies: Rana cancrivora
Hasil yang dipeoleh dari pengamatan katak hijau (Rana cancrivora), morfologinya terdiri dari Kepala (Caput), Lubang Hidung (Nares eksternal), Mata (Cavum oris), Telinga (Membran tympani), Ekstremitas anterior : Lengan atas (Brakchium), Lengan bawah (Antebrakchium), Jari (Digiti), Punggung (Dorsum), Perut (Abdomen), Ekstremitas posterior : Paha (Femur), Betis (Crus), Kaki (Pes) dan Selaput antar Jari (Membran).
Bila katak dalam keadaan beristirahat, lengan bawah (Antebrakchium) akan berputar kedalam sehingga posisi jari (Digiti) dapat menunjuk ke belakang sejajar dengan tubuh. Pada jari (Digiti) yang terdalam terdapat bantal jari yang berfungsi untuk memegang erat katak betina pada waktu perkawinan apleksus. Ekstremitas posterior (Tungkai belakang) sangat panjang. Pada sikap tenang posisi kaki (Pes) terlipat dan terdiri dari tiga bagian yaitu paha (Femur), betis (Crus) dan kaki (Pes) yang mempunyai lima jari kaki diantaranya terdapat selaput renang (Membran)
Pada pengamatan diperoleh hasil bahwa sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari mulut, kerongkongan (Esofagus), lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue) yang juga terdiri dari tiga saluran yaitu usus dua belas jari (Duodenum), usus kosong (Jejunum) dan penyerapan (Ileum). Kemudian dilanjutkan pada usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan terakhir bermuara di kloaka.
Pada pengamatan sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) diperoleh hasil pada katak jantan memiliki organ seperti testis, ureter, kantong sperma dan kloaka. Pada katak hijau (Rana cancrivora) jantan ini memiliki sepasang testis yang berfungsi menghasilkan sperma. Sperma yang dihasilkan oleh testis dikeluarkan melalui saluran sperma dan bersama urine keluar melalui kloaka. Kloaka merupakan suatu muara dari tiga saluran yaitu pencernaan, saluran kelamin (Reproduksi), dan pengeluaran (Ekskresi). Selama musim kawin katak biasanya mengeluarkan suara-suara untuk memanggil pasangan kawin padahal umumnya katak adalah makhluk diam. Jantan bisa bersuara keras untuk mempertahankan daerah kawin atau untuk menarik betinanya (Fanh, 2004).
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa sistem reproduksi pada katak hijau (Rana cancrivora) betina yaitu berupa sel telur, ovarium, uterus,oviduk, kantong kemih dan kloaka. Ovarium pada katak betina berfungsi menghasilkan sel telur (Ovum), sel telur tersebut dikeluarkan menuju oviduk dan selanjutnya keluar melalui kloaka. Ketika melakukan reproduksi di dalam air, katak betina yang memiliki ukuran lebih besar dirangkul oleh pejantan.
4.5 Memahami Konsep Hukum Mendel
4.5.1 Hasil
Tabel 3 hasil pengamatan hukum mendel
Macam pasangan | Frekuensi muncul |
Biru-biru | 12 |
Putih- biru | 26 |
Putih-putih | 12 |
| M | m |
M | MM | Mm |
m | Mm | mm |
4.5.2 Pembahasan
Menurut hasil praktikum kami Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya
Perbandingan fenotip yang bersifat dominan tidak sempuna keren hasil dari pengamatan 12 kali putih, 12 kali biru, dan 26 kali putih biru. Jadi yang terjadi warna putih dan biru menjadi biru laut karena 1 : 2 : 1.
4.6 Pengamatan Transpirasi Tumbuhan
4.6.1 Hasil
Gambar 33 Hasil percobaan transpirasi tumbuhan
Grafik 1 Hasil percobaan transpirasi dengan ukuran 5 cm
Grafik 2 Hasil percobaan dengan ukuran 8 cm
4.6.2 Pembahasan
Traspirasi pada dasarnya sama besar dengan proses fisika yang terlibat dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding sel mesofil bebas yang dibatasi dengan rungan antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap air dalam rung antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Mana kala stomata terbuka, akan lebih banyak lebih banyak molekul air yang keluar dari daun dibanding jumlah air yang masuk per satuan waktu dengan demikian tumbuhan akan mengalami kehilangan air. (Aryuliana, 2004).
Ada dua faktor yang mempengaruhi traspirasi yaitu faktor lingkungan dan faktor dalam tumbuh tumbuhan. Faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi laju transpirasi ialah suhu, kelembaban udara, cahaya, angin dan kelembaban udara. Sedangkan utuk faktor dalam meliputi luas permukaan daun, tebal tipisnya daun, adanya lapisan lilin, dan jenis tanaman.
Laju hilangnya air dalam tumbuhan sangat beragam dipengaruhi siang hari, musim, struktur daun dan beberapa faktor lingkungan yang lain.laju kehilangn air pada beberapa tumbuhan bunga pada tengah hari rata rata sekitar 1,25 gram air per 100 cm persegi luasa daun setiap jam. Batang tanaman jagung bisa mentraspirasi lebih dari setengah liter air sehari dan satu acre tanaman jagung akan mentranspirasi lebih dari 300.000 selama masa tubuhnya. Disini terlihat bahwa tumbuhan yang berbeda memiliki laju traspirasi yang berbeda pula.
Oleh karena itu dalam percobaan pengamatan traspirasi tumbuhan menggunakan 3 jenis tanaman yang berbeda morfologi Agar kita dapat mengetahui tumbuhan mana yang memiliki laju traspirasi yang paling tinggi. Untuk faktor lingkuna kita abaikan karena tumbuhan yang diamati berada dalam suatu kondisi yang sama.
4.7 Pengamatan Fotosinteis Tumbuhan
4.7.1 Hasil
Gambar 34 Daun setelah di rendam dalam Alkohol Panas
4.7.2 Pembahasan
Fotosintesis adalah proses pengubahan zat anorganik menjadi zat organik. Kegiatan mengubah karbondioksida dan air menjadi gula membutuhkan energi. Energi tidak diciptakan dan energi tidak pula dilenyapkan tetapi hanya diubah dari satu bentuk kebentuk lain. Beberapa dari bentuk energi itu bersifatelektrik, termal, radiasi dan kimia.pada proseses fotosintesis energi radiasi diubah menjadi energi kimia yang tersimpan dalam molekul molekul glukosa.
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dengan melakukan percobaan pada daun yang dibungkus dengan kertas timah dan yang tidak dibungkus dengan kertas timah selama satu hari. Selanjutnya daun tersebut direndam dengan alkohol yang telah dipanaskan, agar klorofil pada daun larut sehingga daun tersebut menjadi pucat. Saat daun ditetesi dengan iodium, daun yang terbungkus kertas timah tetap berwarna pucat, sedangkan yang tidak dibungkus kertas timah menjadi biru kehitaman. Warna biru kehitaman menandakan bahwa didaun tersebut terdapat amilum.
Fotosintesis hanya dapat berlangsung apabila tersedia klorofil dan cahaya. Cahaya digunakakan sebagai sumber energi untuk memecah molekul air. Proses fotosintesis umumnya hanya berlangsung pada siang hari. Fotosintesis dapat terjadi pada malam hari asalkan ada sumber cahaya, mislnya cahaya lampu. Hasil akhir yang terbentuk adalah gula (selanjutnya diubah menjadi amilum) yang akan digunakan sebagai cadangan makanan (Haryanto, 2004).
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II, membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron. Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an. Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen. Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I, melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya mereduksi NADP menjadi NADPH. Dan reaksi gelap yaitu reaksi fotosintesis yang tidak memerlukan cahaya. ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis memicu berbagai proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya) (Benyamin, 2004).
Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer). Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan sensasi bahwa daun berwarna hijau.
Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I. Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling memperkuat.
Beberapa faktor utama yang menentukan laju fotosintesis antara lain intensitas cahaya, laju fotosintesis maksimum ketika banyak cahaya. Konsentrasi karbon dioksida, semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. Suhu, enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. Kadar air, kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis), jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. Tahap pertumbuhan, penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh (Agung S, 2004).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengenalan dan penggunaan Mikroskop
Dari hasil praktikum pengenalan dan penggunaan mikroskop, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Mikroskop merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui struktur benda yang berukuran kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
2. Bayangan yang dihasilkan pada potongan kertas huruf “d” yang telah diamati di mikroskop adalah maya, terbalik dan diperbesar.
3. Mikroskop mempunyai komponen-komponen yang saling ketergantungan satu dengan yang lain dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda.
4. Kita dapat melihat organ sel terkecil yang tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop.
5.1.2 Pengmatan Sel
Dari hasil pengamatan sel di dapat kesimpilan sebagai berikut:
1. Sel adalah unit terkecil penyusun makhluk hidup yang bagiannya terdiri dari membrane sel, inti sel, sitoplasma, sentriol, reticulum endoplasma, ribosom, lisosom, kompleks golgi, mitokondria, kloroplas, dan badan mikro.
2. Sel tumbuhan mempunyai , membran sel, dinding sel, sitoplasma dan vakuola tetapi tidak mempunyai sentrosom dan sentriol. Sel hewan memiliki inti sel, dan membran sel, tetapi tidak mempunyai dinding sel sehingga bentuknya tidak tetap.( Anonim, 2011)
3. Membran sel memiliki sifat permeable yang berarti bahwa hanya dapat ditembus zat-zat terlarut. Semipermeabel adalah sifat yang memiliki terhadap benda-benda yang menembus membran. Sedangkan semipermeabilitas adalah sifat selektif terhadap benda-benda yang bergerak menembus membrane.
4. Sel tumbuhan dan sel hewan terdiri dari susunan – susunana sel, dimana keduanya memperlihatkan kegiatan – kegiatan hidup yang dikatakan memiliki kesamaan, seperti makan, bernafas, bergerak berkembang biak dan masih banyak lagi. sel hewan dan tumbuhan memiliki zat hidup yaitu protoplasma,
5.1.3 Pengamatan Tumbuhan
Setelah melakukan pengamatan pada organ tumbuhan di dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Tumbuhan dikotil dan monokotil ditinjau dari segi morfologi, terdiri dari akar, batang dan daun.
2. Tumbuhan monokotil dan dikotil memiliki morfologi dan anatomi yang berbeda.
3. Alat reproduksi pada tumbuhan terdapat serbuk sari dan kepala putik yang merupakan sel kelamin betina dan sel kelamin jantan pada bunga tersebut. Bunga lengkap mempunyai bagian-bagian antara lain kepala putik, benang sari, tangkai benang sari, mahkota, bakal buah, dan kelopak.
4. Perbedaan antara tumbuhan dikoptil dan monokotil adalah tumbuhan dikotil mempunyai perakaran tunggang, daunnya berbentuk meruncing, tepi daun bergelombang dan tulang daun menyirip, sedangkan pada tumbuhan monokotil mempunyai perakarans serabut, bentuk daun meruncing, tepi daun lurus, tulang daun lurus.
5.1.4 Pngamatan Hewan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Morfologi katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari Kepala (Caput), Lubang Hidung (Nares eksternal), Mata (Cavum oris), Telinga (Membran tympani), Ekstremitas anterior : Lengan atas (Brakchium), Lengan bawah (Antebrakchium), Jari (Digiti), Punggung (Dorsum), Perut (Abdomen), Ekstremitas posterior : Paha (Femur), Betis (Crus), Kaki (Pes) dan Selaput antar Jari (Membran).
2. Sistem pencernaan katak hijau (Rana cancrivora) terdiri dari mulut, kerongkongan (Esofagus), lambung (Ventriculus), usus halus (Intestinum tenue), usus besar (Intestinum crasum) atau yang biasa di sebut Colon dan kloaka.
3. Perbedaan sistem reproduksi katak hijau (Rana cancrivora) jantan dan betina yaitu pada katak jantan memiliki testis dan kantong sperma yang tidak dimiliki oleh katak betina, sama halnya dengan ovarium dan sel telur yang hanya dimiliki oleh katak betina
5.1.5. Memahami Konsep Hukum Mendel
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Genetika adalah satu cabang biologi yang antara lain mempelajari sifat-sifat menurun pada makhluk hidup dan pewarisannya.
2. Persilangan monohibrida adalah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat beda, dan menghasilkan F2 dengan perbandingan 3 : 1, perhitungan secara teoriti yang didapat dari rasio genotip. Sesungguhnya perbandingan itu dapt mengalami pergeseran oleh berbagai vaktor.
5.1.6. Pengamatan Traspirasi Tumbuhan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari pengamatan transpirasi dapat diketahui mempengaruhi laju transpirasi ialah suhu, kelembaban udara, cahaya, angin dan kelembaban udara, luas permukaan daun, tebal tipisnya daun, adanya lapisan lilin, dan jenis tanaman.
2. Hampir 90% air yng masuk dalam tumbuhan dikeluarkan dalam bentuk uap air melalui proses fotosintesisis.
3. Tumbuhan yang berbeda morfologi memiliki kecepatan traspirasi yang berbeda – beda tergantung struktur anatomi penyusun daunya dan organ tubuhnya.
5.1.6. Pengamatan Fotosintesisis
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Fotosintesis adalah proses suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan dengan mengubah zat anorganik menjadi zat organik dengan bantuan cahaya dan klorofil.
2. Secara umum reaksi fotosintesis yaitu 6CO2 + 6H2O + cahaya dan klorofil à C6H12O6 + 6O2
3. Faktor yang mempengaruhi fotosintesis yaitu umur daun, kadar air, CO2, cahaya dan suhu
5.2 Saran
Penulis menyarankan agar penggunaan selaput rongga mulut dalam Praktikum pengamatan sel tidak lagi di gunakan karena selain jorok juga sulit untuk di cari, dan sarana dan prasarana praktikutikum tolong di lengkapi terutama mikroskop karena menurut kami masih sangat terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Aryuliana, Diah dkk. 2004. Biologi Umum. Surabaya: Erlangga.
Atinirmala, Pratita. 2006. Bilologi Praktis. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Bima,2008 .Simulasi Percobaan Mendel,Jakarta
Kimball, John.W. 2005. Biologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikulum Biologi Dasar. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.
SITUS WEB :
Monokotil-Dikotil http://wikipedia diakses 9 Desember 2008
http://id.wikipedia.org/wiki/ Mitokondria,15 November 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/Transpirasi. 07 Desember 2009. 2 page.
http://id.wikipedia.org/wiki/Laju-Transpirasi. 07 Desember 2009. 1 page.
(Triasmono,1996)fotosintesis/http://kireidwi.blog.friendster.com/2009/04/transpirasi/ 2 Desember 2009
http://id.wikipedia.org/wiki/jenis - jenis Mikroskop, 18 Oktober 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/. Membran sel 19 Oktober 2011
LAMPIRAN
RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama I Gede Eka Arimbawa dilahirkan di Dwipa Karya, tanggal 07 Juni 1992, anak Pertama dari tiga bersaudara dari pasangan (Ayah) I Nyoman Wardana,Sp dan (Ibu) Ni Nyoman Suri
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah : pada tahun 1999 masuk SDN inpres Dwipa Karya dan tamat pada tahun 2005, ditahun yang sama penulis melanjutkan kependidikan menengah yaitu SLTP Negeri 2 Bunta dan tamat tahun 2008 Pada tahun yang sama penulis melanjutkan study SMA Negeri 2 Bunta tamat pada tahun 20011 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Tadulako Palu, Jurusan Peternakan..
Langganan:
Postingan (Atom)